Minggu, 01 Juni 2008

AQUARIUM

Tanpa kata, tetapi nyata

Membuktikan daya kreativitas tiada tara.

Suatu kebesaran Tuhan.

(effendi bp, 19 maret 1982)

Ibu yang bukan IBU

Ibu, anakmu bukanlah rumput cukup disiram dan tumbuh begitu saja

Ibu, anakmu bukanlah bola yang bisa ditendang kesana kemari.

Ibu, anakmu bukanlah boneka mainan untuk memuaskan diri.


Ia adalah manusia yang di waktu malam hanya bisa menangis,

karena engkau berlaku bengis.


Ingatlah, hai Ibu…

Anak tidak pernah minta untuk dilahirkan,

tapi engkaulah yang menghadirkan dalam permainanmu!


Maka;

jagalah anakmu,

bimbinglah dia hingga tujuan,

berkatilah hidupnya dengan kasih sayangmu.

Jangan sampai engkau disebut;

Ibu yang bukan ibu!


(effendi bp, 22 september 1982)

MANUSIA


Ratu Yuliana Regina lain daripada Ibu Kartini,

Bung Karno, Soeharto dan Mbah Maridjan dari gunung merapi

beda pribadi.


Sekiranya pernah kau lihat batu cadas besar ditepi pantai,

sebesar apapun ombak dan badai menerjangnya…

ia tetap saja sebagai pribadi yang tidak ambil peduli.


Kalau mau menjadi pribadi yang cadas,

ambillah tindakan;

berjuanglah dalam semangat;

dan

tawakallah!


(effendi bp, 17 Agustus 2007)

PESAWAT UDARA

Ada yang menjulukimu Burung Besi.


Kecanggihanmu

mampu menembus ruang dan waktu

mengantar yang sedang berburu.


Jadi, pantaslah kalau ada yang menamaimu Garuda,

sebab garuda memang bersayap.


Tapi...

Kenapa ada yang memberi namamu Adam,

dan yang lain menamaimu Lion?

Bukankah dua nama terakhir adalah makhluk tanpa sayap?


Duh Gusti...

Pantaslah dia jatuh...


(effendi bp, 1 Januari 2007)

Ratu JULIANA REGINA

Kata guruku;

Tiga ratus lima puluh tahun

terlalu lama untuk sebuah mimpi buruk.

Bangsamu menginjak-injak, mencekik, menghisap bumi kami,

hingga sisa ampas pun kering kerontang.


Ketika kau bersama Pangeran ke Yogyakarta,

setelah kami menghirup udara merdeka;

senyum lebar menyambut kedatanganmu.

Tanpa dendam.


(effendi bp, 5 April 1989)

JAKARTA (lagu Ebiet G.Ade)


Inikah Jakarta,

Hanya beginikah sikapmu Jakarta?

Ataukah aku yang salah bila katakan kau tak ramah?

Debu-debu panas di jalanan

Kau cambuk punggung siapa saja

Yang kalah atau yang tetap bertahan

Nampak sepi dari cinta dan kasih sayang...


(effendi bp, 10 Juli 1985)

REPELITA


Padamu semua anak Indonesia mengharap;

tercapainya masyarakat adil dan makmur.


Akankah itu nanti hanya tinggal sebagai cita-cita?


Kau merasa bukan?

disana-sini korupsi, kesewenang-wenangan dan mumpungisme

sedang menggerogotimu dari dalam?


Cita-cita swasembada;

Gemah ripah loh jinawih,

hampir di puncak orgasme...


Benarkah itu?


(effendi bp, FAO Roma 1984)